25.1.08

Menulis, Apa Susahnya?

Imbar WTC

Menulis adalah pekerjaan mudah, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Lalu apa susahnya dengan menulis?? Sejak mulai duduk di bangku sekolah kita sudah diajarkan menulis. Memang menulis itu mudah, tetapi yang susah adalah menulis dan membuat orang lain mengerti dengan apa yang kita tulis. Seperti yang telah disampaikan oleh Pak Mbs, menulis itu seperti menghidangkan makanan. Kalau makanan yang kita hidangkan itu rasanya tidak enak, bagaimana orang mau memakannya. Kita aja ga suka dengan rasa makanan yang kita hidangkan, lalu bagaimana dengan orang lain??? Sama halnya dengan sebuah tulisan, kalau kita sendiri tidak mengerti dengan apa yang kita tulis, lalu bagaimana dengan orang lain?? Itulah yang susah dalam menulis.

Kalau saya bilang menulis itu tergantung mood, mau dipakasa kaya apa juga kalau lagi ga mood ga bakalan bisa nulis. Lantas kalau tiap hari ga mood gimana donc?? Nah bukan berarti kira ga nulis sama sekali kan?? Justru disitulah tantangannya, bagaimana kita bisa menghasilkan tulisan disaat kita benar-benar tidak ingin menulis. Itu hebat bukan??.

Menulis itu perlu latihan, ketekunan dan kesabaran, tidak bisa dipaksa. Seorang penulis hebat juga berawal dari ketidak mampuan (saya tidak membicarakan orang yang sudah punya bakat menulis ya). Beberapa waktu yang lalu (sudah lama tepatnya) ketika saya sedang blogwalking, saya menemukan sebuah sebuah tulisan yang membuat mata saya langsung melek. Kira-kira tulisannya begini, “…orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian…(Pramoedya Ananta Toer)”.Nah, sekarang mengapa kita menulis? Berikut ini ada beberapa alasan untuk menulis (saya culik dari hasil blogwalking):

Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian

Seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis itu pekerjaan untuk keabadian. Orang yang tidak menulis akan hilang dari sejarah. Kita lihat aja para penulis-penulis terkenal walaupun sekarang sudah tiada tapi karyanya masih tetap dikenal banyak orang.

Menulis itu berarti menata pikiran

Andrias Harefa dalam bukunya Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang, mengatakan:
Bagi saya, mengarang adalah salah satu cara belajar. Banyak hal yang saya pelajari menjadi lebih kuat melekat dalam ingatan karena saya olah menjadi tulisan. Pada saat saya menulis, berbagai ide dan gagasan yang simpang siur harus mulai disusun secara sistematis agar dapat dipahami orang lain dengan baik. Proses penyusunan ide-ide itu akan membawa saya pada pengenalan akan ide-ide orang lain dan pendapat pribadi saya terhadap ide-ide tersebut. Lalu saya harus belajar menyusun argumentasi untuk menopang ide saya agar masuk akal (rasional). Dengan demikian, keterampilan mengarang sesungguhnya mengembangkan sikap rasional dalam diri si pengarang itu sendiri.

Menulis menjernihkan pikiran


Saat memulai tugas yang rumit, cobalah untuk menuliskan pikiran dan perasaan Anda. Para ahli hipnotis profesional sering menggunakan teknik ini untuk mempercepat proses hipnotis. Pada dasarnya, mereka meminta klien mereka untuk menuliskan pikiran dan perasaan mereka pada saat itu. Saat klien mereka selesai menulis, ahli hipnotis ini meminta klien untuk merobek kertas yang mereka pakai dan membuangnya. Hal ini merupakan sebuah tindakan simbolis bagi penjernihan pikiran.

Suatu tulisan berpotensi tersebar sangat luas

Jika Anda menuliskan suatu artikel, dan mengirimkannya lewat imel kepada lima milis yang Anda ikuti misalnya, berarti Anda sudah mengirimkan artikel kepada semua anggota milis. Jika separuh saja dari anggota setiap milis tadi menyebarkannya kepada milis yang mereka ikuti juga, berarti potensi orang yang akan membaca artikel tadi sangat besar. Hal ini berlanjut terus menerus dari satu milis ke milis lain, hebat bukan??

Menulis itu menyehatkan

Menurut Fatima Mernissi, sebagaimana dikutip Hernowo dalam bukunya Quantum Writing, menulis itu menyehatkan.
Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungannya yang luar biasa! Dari saat Anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata Anda akan segera lenyap dan kulit Anda akan terasa segar kembali.
Menurut penelitian Dr.Pennebaker di Fakultas Psikologi Universitas Southern Methodist dalam bukunya Ketika Diam Itu Bukan Emas, bahwa orang-orang yang mengalami suatu penyakit mental akibat masalah sosial atau mungkin trauma akibat peristiwa yang dialaminya di masa lalu, kemudian berakibat timbulnya penyakit seperti stress, depresi, dan semacamnya. Akan menjadi merasa lebih sehat setelah menuangkan semua masalah sosial dan dan trauma yang pernah dialaminya kepada sebuah naskah yang berbentuk tulisan. Hal ini sudah dibuktikan secara ilmiah melalui percobaan laboratorium, yaitu dengan meningkatnya sel darah putih manusia, yang berfungsi sebagai sel pelindung tubuh ketika diserang kuman penyakit. Ini terjadi pada orang-orang tertentu yang diuji sample darahnya, pada saat sesudah menulis peristiwa atau trauma sosial yang dialaminya, maka sel-sel darah putihnya akan meningkat jauh, bila dibandingkan dengan jumlah sel-sel darah putih pada dirinya pada saat sebelum menulis.

Sesudah terjadinya sebuah kemelut yang besar, orang-orang cenderung dihantui kejadian itu. Dalam memikirkan trauma itu, dan bahkan dalam upaya untuk tidak memikirkannya, orang-orang akan menggunakan kapasitas pikiran-pikirannya yang terbesar. Oleh sebab itu, mereka akan menjadi pelupa dan tidak bisa memusatkan perhatian mereka pada pekerjaan-pekerjaan baru yang besar. Menulis tentang trauma akan membantu dalam mengelola trauma, dan dengan demikian membebaskan pikiran untuk menangani tugas-tugas lainnya. Menulis membantu memecahkan masalah. Karena menulis mendorong proses integrasi informasi, maka menulis bisa membantu memecahkan masalah-masalah yang rumit. Jika seseorang menulis dengan bebas tentang sebuah masalah yang rumit yang sedang ia hadapi, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan pemecahannya. Ada beberapa alasan untuk hal ini. Salah satunya adalah bahwa menulis memaksa orang-orang memusatkan perhatian mereka lebih panjang pada satu topik tertentu daripada kalau mereka hanya memikirkannya. Karena menulis lebih lambat daripada berpikir, setiap gagasan harus dipikirkan dengan lebih terperinci. Menulis lebih bersifat “linier” daripada berpikir, yaitu bahwa menulis memaksa suatu gagasan untuk ditranskripkan sebelum gagasan lainnnya mulai dipikirkan.

Singkatnya, menulis bisa menjadi sebuah kemampuan yang sangat berharga dalam mempelajari dan menghadapi dunia. Pada kesempatan yang tepat, menulis bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Meskipun bukan suatu obat yang serba manjur, penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana bisa memperbaiki kualitas kehidupan bagi sebagian besar dari kita.

Membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru

Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian tentang kegiatan mencatat, menulis catatan yang penuh pemikiran, atau, dalam kasus anak-anak kecil, coretan-coretan, membantu orang-orang untuk mendapatkan dan mengingat kembali gagasan-gagasan baru. Menulis bisa membantu memberikan suatu kerangka yang bisa dipakai untuk memahami perspektif baru dan unik dari orang lain. Bahkan menulis tentang hal tersebut akan membuat gagasan-gagasan semakin jelas dan mudah diingat. Demikian hasil penelitian Pennebaker sebagaimana dikutip Hernowo dalam bukunya Quantum Writing.

Tidak ada komentar: